Karier
Saya teringat pada sebuah postingan X milik James Clear. Meskipun sudah cukup lama, tahun 2020 menurut saya pesan dalam postingan itu tetap relevan hingga kini. Di tengah tahun yang penuh tantangan seperti sekarang dengan dinamika geopolitik, ketidakstabilan ekonomi akibat kebijakan seperti tarif yang diterapkan Trump, performa negatif IHSG, hingga gelombang PHK yang terjadi di mana-mana, banyak pencari kerja merasa kewalahan. Ditambah lagi, kemajuan AI kini mulai menggerus pekerjaan di bidang kreatif, seperti tren animasi Ghibli.
Bagi sebagian orang, memiliki karier yang stabil terasa seperti mimpi yang sulit digapai. Bahkan, mendapatkan pekerjaan saja kini menjadi semakin menantang. Beruntunglah mereka yang sudah berada di posisi stabil dalam karier. Bagi yang sudah memiliki pijakan, fokusnya kini beralih: bagaimana mengubah karier yang biasa menjadi luar biasa. Di sinilah saran dari James Clear menjadi sangat relevan.
Saya merasa terpanggil untuk membahas ini karena latar belakang saya di bidang manajemen. Selain berkarier, saya juga mengajar mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia sebanyak 3 SKS untuk mahasiswa. Bisa jadi, melalui pengajaran ini, saya sedang menanam benih bagi generasi hebat di bidang HR di Indonesia. Ini adalah langkah kecil namun strategis. Saya percaya, untuk membangun karier yang unggul, seseorang harus memahami jati dirinya terlebih dahulu atau dalam bahasa lain, mengenali competitive edge yang dimilikinya.
Namun, karier bukanlah segalanya. Saya pernah menulis tentang analogi empat bola karet dan satu bola kaca. Bagi Anda yang memahami konsep ini, salah satu bola karet melambangkan karier sesuatu yang bisa memantul kembali meski terjatuh. Sementara itu, bola kaca adalah keluarga, hal yang rapuh dan perlu dijaga dengan hati-hati. Sehingga, postingan X berikut mengcounter postingan James Clear diatas.
